Kejadian ini terjadi tadi siang, saya sekarang merupakan anak kelas 3 di suatu SMA di pesisir pantai Selatan Jawa. Mungkin tidak well-known di telinga masyarakat luar ya hehehe..
Cerita dimulai dengan adanya sebuah tes masuk universitas swasta terkenal di daerah Jogja yang menggunakan sistim online, universitas ini termasuk salah satu universitas Swasta paling terkenal di Indonesia, mereka membuka jalur masuk untuk mereka yang 'punya uang'. Tesnya-pun cukup mudah, si pendaftar hanya perlu mendaftar dan kemudian ia akan mendapatkan nomor pin yg akan digunakan untuk tes online. Namun penyelenggara tes online ini hanya dilakukan oleh beberapa sekolah, salah satunya SMA saya (hanya sebagai tempat melakukan tes, itupun di lab TIK kami).
Singkat cerita saya sedang di lab. bahasa, tiba-tiba guru BK saya masuk dan bertanya "Di sini siapa yang pintar bahasa inggris?", sontak teman-teman saya mengajukan 2 nama, yaitu teman saya dan saya sendiri. Sebenarnya skill saya tak beda jauh dengan murid pada umumnya, yah.. normal. Akhirnya saya disuruh guru BK saya untuk 'membantu' anak anak dari luar kota yg ingin melakukan tes ini. Mungkin definisi 'membantu' kurang tepat, karena pada dasarnya si pendaftar sama sekali tidak mengerjakan soal.. tapi saya dan teman teman sayalah yang mengerjakannya. Sudah menjadi rahasia umum, sistim tes seperti ini memang tidak begitu mempertimbangkan 'siapa yang mengerjakan' atau 'jujur kah dalam mengerjakan'.. namun lebih kepada 'who has the money?' and 'how much can you pay for this univ?'.
Soal terdiri atas 100 soal berisi soal TPA, Agama Islam, Matematika Dasar, dan Bahasa Inggris. Tingkat kesulitannya pun tak seberapa, untuk matematika hanya sebagian dari materi SMA saja yg keluar, yang lain dapat dilogika, dalam mengerjakannya pun mereka diburu oleh waktu. Alhasil saya dan teman teman saya buru-buru mengerjakan soal soal itu, karena tes itu berlangsung ketika jam KBM, jadi tak semua dari teman saya bertahan karena lebih memilih mengikuti KBM di kelas, dan tersisalah hanya saya dan 3 anak lainnya. Saya yang sebelumnya hanya memfokuskan diri pada bahasa inggris kini mulai membabi buta mengerjakan matematika dan TPA.
Sekitar pukul 12 kurang, tes pun berakhir dengan luapan rasa lega bagi pada si pendaftar karena mereka semua lulus dan dari saya serta teman teman saya karena akhirnya dapat menghirup nafas lega tanpa diburu waktu. Para peserta yg semuanya dari luar kota itu akhirnya menampakkan mimik bahagia mereka seraya berterima kasih, kami pun antara lega dan bahagia karena mendapatkan latihan soal tak bedanya dengan mereka. Entah legal atau illegal apa yang kami lakukan tadi siang, namun jika dilihat baik baik dan dicermati, sistim tes seperti ini menurut saya hanya sistim 'pencari uang' karena mayoritas pendaftar yg menggunakan sistim ini adalah mereka yang 'mencari aman' untuk SNMPTN/SBMPTN.
Saya sempat ditawari oleh guru BK saya untuk mengikuti tes ini, tapi saya tolak mentah mentah, selain membutuhkan uang sumbangan yang tak sedikit, universitas swasta ini juga terlampau mahal, guru BK saya menganjurkan hal itu karena saya peringkat tengah tengah di angkatan saya (saya IPS, dari 9 kelas, hanya ada 2 kelas IPS di sekolah saya). Namun entah karena terlalu percaya diri atau terlalu cuek (hahahahha) saya tetap incar sesuatu yang lebih tinggi. Mungkin impian ini akan saya tulis lagi sekitar 5 bulan lagi, meraih mimpi itu bagai memasukkan bumbu dalam adonan, sedikit demi sedikit usaha dan doa akan menghasilkan cita rasa yang menyenangkan. Akan kemanakah saya berjalan? saa.. who knows :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar