26 Oktober 2012
Ini mimpi di siang hingga sore hari, aku tertidur 4 jam..
Bersetting di sebuah kuil bernuansa jepang di musim gugur (karena banyak daun berguguran), aku dan ketiga temanku berjalan jalan disana. Aku tidak mengenal mereka semua, tapi sepertinya kita berempat sangat akrab.
Kami masuk dengan mengelabuhi penjaga, dan tanpa menggunakan tiket. Kami masuk ke kuil, minimalis sekali di dalam. Pintu geser berwarna nila pudar, kayu kayu coklat kokoh terbentang di sepanjang koridor kuil lengkap dengan ukiran ukiran di ujungnya, pinggiran atap yang di susun begitu rapih selayaknya sebuah kuil yang megah, serta taman batu dan bonsai bonsai kecil di tengah tengah koridor yang berbentuk kotak terasa begitu nyata. Perpaduan warna yang begitu menyenangkan hati.
Tiba tiba seorang teman laki-lakiku mengajakku memasuki sebuah ruangan aneh, ia bertubuh sedang dengan kemeja putih bergaris coklat, rambutnya ikal, wajahnya oriental sekali, namun pembicaraan kami selayaknya teman yang sudah sangat dekat.
Ruangan aneh yang dia masuk ada di sebelah ujung koridor, pintunya tertutup rapat. Entah dari mana aku menyadari bahwa pintu itu tidak boleh di buka. Tapi kemudian ia menyeretku masuk, kedua temanku tertinggal di belakang, sepertinya mereka tidak menyadari bahwa kami berdua telah pergi. Begitu di bukanya pintu itu, hanya ada sebuah ruangan kosong dengan sebuah pintu besi besar dengan tonjolan-tonjolan kuningan sebesar kepalan tangan di setiap sudut pintu itu. Temanku membuka pintu itu dengan sangat semangat, aku menyuruhnya agar segera keluar dan menghentikan pekerjaannya itu. Namun ia menghiraukanku. Setelah pintu itu terbuka, hanya terdapat sebuah cermin besar yang memantulkan bayangan temanku. Namun raut muka temanku langsung ngeri dan syok, tiba tiba banyak sekali makluk yang menyerupainya.. satu..dua..tiga.. empat.. lima.. terus bertambah hingga aku tak bisa menghitungnya lagi. Aku panik dan mencoba keluar dari sana, namun tiba-tiba muncul pula kloninganku. Mereka terus bertambah banyak dan lebih banyak lagi. Aku berlari menuju dua temanku di luar, namun sebelum mengatakan apapun kepada mereka, mereka telah kabur keluar dari kuil. Aku hanya dapat syok dan ber diam di tempat.
Mulai dari sini aku bukanlah tokoh utama.
Kedua temanku kabur hingga pertigaan jalan di luar kuil, napas mereka tersengal. Satu di antara mereka merebahkan kepalanya di dudukan sepeda fixie berwarna orange. Dari belakang jalan, muncul sebuah bis dengan membawa banyak rombongan wisata, mereka semua anak SMA. Kedua temanku hanya bisa menata bis itu dengan ngeri dan pergi menjauh dari kuil, dan tak kembali lagi.
Didalam bis itu, keluar begitu banyak orang. Setelah memberi karcis, mereka masuk ke kuil dengan senang dan damani. Namun muncul dua orang anak perempuan, salah satunya memakai topi rajutan wol yang menutupi kupingnya, sepertinya untuk menahan hawa dingin, kedua perempuan itu berambut pirang panjang bergelombang, sepertinya pirangnya di cat-bukan alami. Mereka berdua memasuki koridor yang sebelumnya ku lewati, beberaoa anak mengikutinya di belakang, tiba tiba banyak sekali pelayan yang melayani mereka, membagikan minum dan cemilan. Wajah dari pelayan pelayan itu mengerikan, seperti meleleh dan berwarna biru tua. Kusadari bahwa mereka analah kloninganku dan temanku. Aku dan temanku kini menjadi tidak terlihat, tapi wujud kami tetap sama seperti sebelumnya, kami berdua terbang berjalan-jalan mengikuti dua perempuan itu. Mereka memasuki ruang yang sebelumnya aku dan temanku masuki, ruang terkutuk.. Mereka kemudian menemukan apa yang membuat kami seperti ini...cermin.
Dan setelah itu aku terbangun. Jam menunjukan pukul 4 sore. Aku terbangun dan langsung meneguk air putih di meja. Tumben sekali aku mengingat begitu banyak hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar